18 September 2010

Halal Bihalal PAC Ansor Brebes

Brebes, NU Online
Gerakan Pemuda (GP) Ansor NU diminta untuk tetap khitmat pada titah ulama. Sebab kemuliaan Ansor akan tercermin ketika mematuhi segala titah ulama. Tidak ‘menjual’ diri kepada kekuasaan ataupun berpihak pada kepentingan-kepentingan sesaat.

“Nilai kejuangan Ansor akan terpuruk, manakala jauh dari ulama,” ujar Pengasuh Pondok Pesanteren Buntet Cirebon DR KH Mohammad Abbas bin Fuadz Hasyim saat menyampaikan tausiyah Halal bi Halal yang digelar Pengurus Anak Cabang (PAC) Ansor Brebes di Masjid Agung Brebes, Kamis Malam (16/9).

Dia menegaskan, Ansor harus ittiba (mengikuti, red) para ulama. Sebab kekuatan Ansor, terletak pada konsekwensinya menjadi pengikut ulama. Kalau pergerakan Ansor sudah dikotori oleh kepentingan-kepentingan sesaat dengan tidak mengindahkan titah para alim ulama maka Ansor akan hancur.

Tidak bisa dipungkiri kata Abbas, godaan kerap datang bertubi-tubi. Maka, harus dilibas dengan kekuatan iman. “Jangan sampai pergerakan ansor terkontaminasi gemerlapnya warna kehidupan duniawi yang semu,” pesannya.

Sejarah telah membuktikan, lanjutnya, Ansor dan NU mampu mematahkan pasukan sekutu AS di Surabaya waktu perang kemerdekaan. Dengan pekik Jihad Merdeka atau Mati, pasukan sekutu mundur tanpa ampun. Meskipun Pasukan Sekutu saat itu telah mampu meluluhlantakan Italia, Jerman, Jepang dan lain-lainnya.

Sedang di era sekarang, masih kata Abbas, lahan perjuangan dan pergerakan Ansor telah bergeser sesuai dengan perkembangan jaman. Nilai-nilai perjuangan Ansor sekarang adalah mengedepankan akhlakul karimah (akhlak mulia,red). Akhlakul karimah menjadi harga mati untuk terus dijunjung tinggi. Akhlakul karimah, harus didahulukan ketimbang syariah-syariah yang belum jelas dan masih diperdebatkan.

“Nabi Muhammad SAW sendiri, diutus ke muka bumi ini untuk menyempurnakan akhlak,” tandasnya.

Dan ulama, tambahnya, adalah pewaris para Nabi. Maka kiblat pencapaian akhlak yang mulia terdapat pada para ulama.

Pembicara lain dalam Pengajian umum dan halal bi halal Pengasuh Ponpes al Hikmah 1 Benda Sirampog Brebes KH Labib Sodiq.

Halal Bi halal yang mengusung tema merajut persaudaraan, menyemai kebersamaan pemuda ini berlangsung hingga pukul 00.30. Turut hadir para Pengurus Cabang dan Anak Cabang GP Ansor se- Kabupaten Brebes, Kepala Bagian Kesra Setda Brebes H Mabruri SH MH, Para anggota Ansor dan Ikatan Keluarga Santri Alumni Al Hikmah Itthobsy (IKSAABI) dan masyarakat umum. (was)

12 Mei 2009

BEDU

Bedu :
Gue Ingin Bangun Brebes


Komedian dan Presenter tersohor asal Brebes Bedu, berniat ingin membangun Brebes. Dia mengaku terpanggil untuk berinvestasi demi kemajuan Brebes. Pasalnya, selama ini yang terkenal di Brebes hanya tiga macam yakni Telur Asin, Bawang Merah dan Jalan Rusak.

“Gue ingin bangun Brebes,” ungkap Bedu saat bincang-bincang dengan Kabar Pesisir usai mengantar Ibundanya Hj. Kusrijah ke peristirahatan terakhir di Desa Klampok Kecamatan Wanasari Brebes (25/3) lalu.

Menurut Bedu, lambannnya pembangunan Brebes karena para Steak Holder di Brebes kurang memiliki pola pikir kreatif. Eksekutif maupun legislatifnya hanya berfikir untuk dirinya sendiri dan tidak memiliki pandangan ke depan. Sehingga, kebijakan yang dibangunpun untuk kepentingan sesaat.

Bawang Merah misalnya, lanjut Bedu, pelaku kebijakan hanya membiarkan petani untuk menanam dan kemudian mengombang-ambingkan harga Bawang ketika panen. Sangat ironis, ketika panen raya pemkab tidak memproteksi membanjirnya bawang impor. Atau jangan-jangan oknum pejabat bermain mata dengan para cukong menggolkan bawang impor. Sehingga harga bawang jadi anjlog, dan yang menderita adalah petani. “Harusnye, petani mampu jadi penyokong pembangunan. Koq malah dikibulin,” tutur Bedu tak habis fikir.

Bedu berharap, Brebes minimal sama seperti Kota Tegal dengan dinamisasinya. Artinya perlu dibangun system yang menggeliatkan kreatifitas. “Kita perlu bangun hal-hal baru,” ucapnya.

Membangun Brebes, tambah Bedu, tidak harus terjun langsung dan membawa bendera sendiri. “Biar gak keliatan sombong, gue cuman invest aja ke bendera Dedy Jaya,” tutur Bedu yang punya nama asli Harapdu itu.

Anak ke 4 dari 5 bersaudara pasangan H. Tohar Abdurrohim dan Hj. Kusrijah (Alm) itu, mengaku, setiap dia pulang ke Brebes keadaanya tidak pernah berubah. Sama seperti saat-saat dia masih kecil dulu. Dalam pandangannya pembangunan Brebes tidak ada perubahan yang signifikan. “Gak ada bedanya, kalo gak dibantu Dedy Jaya yang mau memoles Brebes dengan segala resikonya, Brebes ibarat kota mati,” kata Bedu lagi.

Bedu juga berharap adanya peningkatan Sumber Daya Manusia di daerah yang luas dan kaya raya sumber daya alamnya ini. Pasalnya, tanpa SDM yang mumpuni sulit untuk memajukan Brebes sebagai daerah padat penduduk. “Buat bekal mbangun, SDM nya perlu dikuatin, dong,” tandasnya.

Niatan Bedu membangun Brebes, menurutnya sebagai tanda bhaktinya kepada Sang Ibu. Menurutnya, walau bagaimanapun, Brebes adalah kota yang telah membesarkan dirinya lewat Ibundanya. Makanya, Bedu berjanji akan turut membangun Brebes kendati belum cukup berarti. “Dengan invest gue ke Brebes, mudah-mudahan jadi amalan dan doa buat Ibunda,” harapnya.

Bedu menuturkan, Ibundanya mengalami sakit strook ringan dan sakit jantung dan hanya dirawat jalan di rumahnya. Namun Selasa Sore itu terjatuh ke lantai dan pinsan. Sehingga perlu dirawat ke rumah sakit. Namun nyawanya tidak tertolong. Ibundanya berpulang pada Selasa (24/3) lalu pukul 20.16 WIB dalam perjalanan menuju ke Rumah Sakit Budi Lestari Bekasi.

Bedu bertandang ke Brebes untuk mengantar Ibundanya ke peristirahatan terakhir. Rabu (25/3) sekitar pukul 13.15 ibunya beristirahat untuk selama-selamanya di pemakaman keluarga Desa Klampok Kecamatan Wanasari Brebes. “Tolong ikut doain Bunda, ya Mas?” pintanya sembari mengakhiri perbincangan.